METHODOLOGI PENDIDIKAN
DALAM AL QUR’AN DAN HADITS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah
(keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait
dengan satu faktor dari sistem pendidikan, salah satunya adalah metode
pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah,
sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai
peserta didik. Dalam pendidikan yang Islami, perlu dipergunakan metode
pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia,
meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada
satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua
keadaan.
Metode pendidikan memiliki peran yang strategis
dalam mencapai tujuan pendidikan. Tanpa adanya metode, maka proses pencapaian
tujuan pendidikan akan terhambat bahkan tidak berhasil sama sekali. Oleh karena
itu penting bagi pendidik atau guru untuk menguasai banyak metode dalam
melaksanakan kegiatan mendidik. Sebenarnya banyak literatur-literatur yang
membahas tentang metode pendidikan yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam
melaksanakan tugas mendidik. Namun sebagai pendidik, menjadi penting juga untuk
mengkaji, menemukan, dan menggunakan metode-metode yang bersumber dari ajaran
agama yakni Al Qur’an dam Hadits.
.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits ?
2.
Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Al Qur’an ?
3.
Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Hadits ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits
Metodologi adalah ilmu tentang metode-metode,
atau uraian tentang metode-metode[1],
sedangkan metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” yang artinya melalui, dan
“Hodos” yang artinya jalan atau cara[2].
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa metode adalah cara yang
teratur digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki[3].
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003
pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara[4].
Maka dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits adalah ilmu
yang membahas tentang cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan dengan
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar berkembangnya potensi
peserta didik sesuai dengan contoh-contoh dan tuntunan dalam Al Qur’an dan
Hadits.
2. Metodologi pendidikan dalam Al Qur’an
Al Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam,
yang wajib dipahami oleh setiap muslim, menampilkan metode dan cara yang sangat
menarik ehingga memudahkan bagi mereka yang tertarik untuk mempelajarinya.
Adapun beberapa metode yang dapat dijadikan contoh dari Al Qur’an antara lain :
2.1. Metode Kisah (cerita)
Isi Al Qur’an banyak memuat kisah-kisah tentang
orang-orang terdahulu. Rasulullah dapat mengetahui kisah-kisah nabi dan umat
sebelumnya melalui cerita yang diinformasikan oleh Al Qur’an.
99. Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad)
sebagian kisah umat yang Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan
kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (Al Quran) (Q.S.Thahaa:99)
Contoh-contoh
kisah atau cerita dalam Al Qur’an :
- Kisah Nabi Yusuf : Q.S. Yusuf: 6-7 = mimpi Yusuf sebagai nabi,
Q.S.
Yusuf: 8-10 = saudara-saudaranya,
Q.S.
Yusuf: 21-23 = Yusuf di Mesir,
Q.S.
Yusuf: 34-35 = Yusuf dipenjara,
Q.S.
Yusuf: 54-57 = Yusuf dipercaya Raja,
Q.S.
Yusuf: 58-93 = Yusuf bertemu saudaranya,
Q.S.
Yusuf: 94-101 = Yusuf bertemu oragtuanya.
- Kisah Nabi Musa : Q.S.
Al Qashas: 7-13 = Musa dilahirkan,
Q.S.
Al Qashas: 14-19 = masa dewasa,
Q.S.
Al Qashas: 20-22 = meninggalkan Mesir,
Q.S.
Al Qashas: 23-28 = pertemuan dengan 2 anak perempuan,
Q.S.
Al Qashas: 29-32 = mendapat wahyu,
Q.S.
Al Qashas: 33-37 = Harun sebagai pembantunya,
Q.S.
Al Qashas: 38-42 = keganasan fir’aun,
Q.S.
Al Qashas: 43 = mendapat kitab Taurat
- Kisah Ashabul Kahfi : Q.S. Al Kahfi: 10-11 = kisah Ashabul Kahfi,
Q.S.
Al Kahfi: 14-16 = mengapa mereka masuk gua,
Q.S.
Al Kahfi: 17-18 = keadaan di dalam gua,
Q.S.
Al Kahfi: 19-20 = bangun dari tidur,
Q.S.
Al Kahfi: 21 = sikap penduduk kota,
Q.S.
Al Kahfi: 22 = perselisihan tentang jumlah mereka.
Q.S.
Al Kahfi: 25 = lamanya mereka tertidur[5].
Masih banyak lagi kisah-kisah dalam Al Qur’an. Kisah
atau cerita dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Kisah selau memikat karena
mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan
maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati
pembaca atau pendengar tersebut.
2.
Kisah Qur`ani dan dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan
tokoh, sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau mersakan isi
kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
2.2. Metode Amtsal (perumpamaan)
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal
dan mitsil “matsal”
mengandung arti cerita-cerita perumpamaan (untuk pendidikan budi pekerti)[6].
Sedangkan menurut Istilah adalah penyerupaan suatu keadaaan dengan keadaan yang
lain, demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupakan sesuatu dengan aslinya[7]. Dalam kamus bahasa Indonesia amsal adalah umpama
atau perumpamaan[8].
Contoh-contoh perumpamaan dalam Al Qur’an :
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api[*], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
Melihat. (Q.S.Al Baqarah:17)
[*] orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil
manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat
kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah
seperti dalam ayat tersebut di atas.
41. Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.(Q.S.Al Ankabut:41)
[*] rumah laba-laba
adalah rumah yang paling mudah rusak bila diterpa angin, hujan dan lain-lain.
Perumpamaan dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Mempermudah siswa
memahami konsep abstrak, karena perumpaan menggunakan benda yang kongkret.
2. Perumpamaan dapat merangsang
kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
3. Perumpamaan
memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat baik dan menjauhi
kejahatan.
2.3. Metode
Ibrah – Mauizhah (nasehat)
Ibrah adalah mengambil iktibar/contoh dan pelajaran
dari pengalaman yang telah lalu, yaitu pengetahuan yang dihasilkan dari melihat
apa yang disaksikan terhadap apa yang belum disaksikan[9],
sedangkan Mauizhah artinya nasehat atau pelajaran[10].
Contoh-contoh nasehat
dalam Al Qur’an :
44. Allah mempergantikan
malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang
besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Q.S. An Nuur: 44)
111.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111)
Esensi
`ibrah dalam kisah ini ialah bahwa Allah berkuasa menyelamatkan Yusuf setelah
dilemparkan kedalam sumur yang gelap, meninggikan kedudukanya setelah
dijeblosannya ke dalam penjara dengan cara menjadikannya raja mesir setelah
dijual sebagai hamba (budak). Kisah ini menjelaskan kekuasaan Tuhan.
Nasehat dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Mengandung pelajaran yang penting dalam
pendidikan.
2. Nasehat dilakukan
berulang-ulang, agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang
dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu.
2.4. Metode
Targhib dan Tarhib (penghargaan dan hukuman)
Targhib adalah janji
yang disertai dengan bujukan, bujukan yang dimaksud adalah kesenangan duniawi
dan ukhrawi akibat melakukan suatu perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Adapun
Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa dan kesalahan
yang dilarang oleh Allah, atau tidak melaksanakan perintah-Nya[11].
Contoh Targhib
dalam Al Qur’an :
35.
Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah
(seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti
sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang
yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Q.S. Ar Ra’d: 35)
Contoh Tarhib dalam Al Qur’an :
32.
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al Isra’: 32)
Targhib
dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan
dengan alasan :
1. Mengandung isyarat kepada peningkatan
keimanan kepada Allah dan hari akhir.
2. Menggugah serta
mendidik perasaan Ketuhahan (rasa takut, tunduk,cinta, harap).
2.5. Metode
Hiwar (dialog)
Hiwar artinya dialog atau percakapan[12], yang
dimaksud adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui
tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan.
Contoh Hiwar dalam Al Qur’an :
183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. Al Baqarah: 183)
13.
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujurat: 13)
172.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keEsaan Tuhan)".(QS. Al-A’raf : 172)
Hiwar dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Menyentuh dan membangkitkan perasaan , yang pada
gilirannya akan membantu tumbuhnya sikap dan pribadi yang kokoh yang mengacu
pada pencapaian tujuan ahir pendidikan.
2). Menimbulkan
dan meninggalkan kesan yang lebih kuat dalam benak ke dua belah pihak yang
terlibat dalam hiwar.
2.6. Metode
Uswatun Hasanah (keteladanan)
Keteladanan dalam arti bahasa adalah
hal yang dapat ditiru atau dicontoh[13]. Peneladanan
ada dua macam yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladanan sengaja ialah
keteladanan yang disertai penjelasan, seperti memberikan contoh membaca yang
baik, mengajarkan sholat yang benar dan sebagainya. Keteladanan tidak sengaja
ialah keteladanan yang tidak disertai penjelasan, seperti keteladanan dalam
keilmuaan, kepemimpinan, sifat keikhlasan dan lain-lain.
Contoh-contoh Teladan
dalam Al Qur’an :
4.
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[*]: "Sesungguhnya
Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun
dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya
kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan
Hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS. Al Mumtahanah: 4)
[*] nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi
bapaknya yang musyrik kepada Allah : Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak
membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat
surat An Nisa ayat 48).
6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan
umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap
(pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang
berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS.
Al Mumtahanah: 6)
Konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah
mengutus para rasul terutama Nabi Muhammad SAW. untuk menjadi panutan bagi umat
Islam sepanjang sejarah dan rahmat bagi sekalian alam. Allah SWT berfirman :
21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al Ahzab: 21)
UswatunHasanah
dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Secara
psikologis manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah
sifat bawaan. Meniru adalah sifat pembawaan manusia.
2). Menyaksikan sendiri suatu sikap atau
prilaku dalam pendidikan lebih dapat diterima dari pada melalui susunan
kata-kata, dengan kata lain bahasa sikap lebih dapat diterima dari pada bahasa
lisan.
3. Metodologi pendidikan
dalam Hadits
Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam
mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya.
Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan
ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter
seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah
saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau
mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau
senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya. Adapun beberapa
contoh yang dapat dijadikan metode dari hadits-hadits Nabi SAW. antara lain :
3.1. Metode keteladanan
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya
Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari „Amar ibn
Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil
membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan
Abu al-Ash ibn Rabi‟ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila
berdiri beliau menggendongnya.(Al-Bukhari : 296)
Rasulullah saw. memberitahukan pada
mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw.
memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu
Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa
perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang
Arab yang membenci anak perempuan.
Pentingnya metode keteladanan dalam
pendidikan, karena dengan keteladanan diharapkan anak didik mempunyai figur
pendidik yang dapat dijadikan panutan.
3.2. Metode lemah lembut / kasih sayang
Artinya: Hadis dari Abu Ja‟far
Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari
Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari
„Atha‟ ibn Yasâr dari Mu‟awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat
bersama Rasulullah saw., seorang dari jama‟ah bersin maka aku katakan
yarhamukallâh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata:
Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka,
ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah
Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai
tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang
lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak,
memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat
ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh,
takbîr dan membaca Alquran. (Muslim I: 492).
Hadis ini menunjukkan keagungan
perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi
orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar
pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.
Pentingnya metode lemah lembut
dalam pendidikan, karena dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik,
peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya
pembentukan kepribadian.
3.3. Metode perumpamaan
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz
darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi‟
dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan
mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang
lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Orang-orang munafik, karena
mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing
jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina,
tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang
munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Pentingnya metode perumpamaan dalam
pendidikan, karena dengan perumpamaan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan
yang lebih konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi
sesuatu yang sangat jelas.
3.4. Metode kiasan
Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis „Uyainah dari
Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada
Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw.
mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan
memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku
bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau
menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain
itu. (Muslim I : 280)
Rasulullah saw. menggunakan
kiasan/sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk
masalah-masalah yang dianggap aib.
Pentingnya metode kiasan dalam
pendidikan, karena dengan kiasan dapat menyampaikan nasehat secara tidak
langsung.
3.5. Metode memberi
kemudahan
Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis
Yahya ibn Sâ‟id katanya hadis Syu‟bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn
Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan
mempersulit.(al-Bukhari, I: 38)
Hadis tersebut menjelaskan
pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang masih dalam belajar, dalam
arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan si pelajar.
Pentingnya metode memberi kemudahan
dalam pendidikan, karena dengan memberi kemudahan diharapkan para pelajar
memiliki motivasui yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
3.6. Metode perbandingan
حَدَّثَنَا
قَيْسٌ قَالَ سَمِعْتُ مُسْتَوْرِدًا أَخَا بَنِيْ فِهْرٍ يَقًوْلَنَا قَالَ رَسُولَ
الله صلعم وَالله مَا الدُّنْيَا فِي الاَخِرَةِ اِلَّاَ مِثْلُ مَايَجْعَلُ أَحَدُكُمْ
اِصْبَعَهُ هَذِهِ وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ.
Artinya: Hadis Qâis katanya aku mendengar Mustaurid
saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah
dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya
ini, beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang
tersisa di telunjuknya. (Muslim, IV: 3193)
Dunia itu singkat dan kenikmatannya
yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan antara air
yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan.
Pentingnya metode perbandingan
dalam pendidikan, karena dengan perbandingan diharapkan para pelajar dapat
memahami hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan
lainnya.
3.7. Metode tanya jawab
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa‟id, hadis Lâis kata
Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim
dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.
bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat
kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa
kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Bukhari : 300)
Metode tanya jawab mempunyai tujuan
dan topik tertentu. Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran
seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan
pendengarnya.
Pentingnya metode tanya jawab dalam
pendidikan, karena dengan tanya jawab akan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Metode tanya
jawab merupakan tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik.
3.8. Metode demonstrasi
(peragaan)
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya
hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari
Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami
tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah
seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami
ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang
yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah
bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah
mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan
salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Hadis ini sangat jelas menunjukkan
tata cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat
dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Pentingnya metode demonstrasi dalam
pendidikan, karena dengan demonstrasi bertujuan agar pesan yang disampaikan
dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
3.9. Metode eksperimen (percobaan)
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu‟bah ibn
Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar
ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata
Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan
anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya
berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada
Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”.
Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian
mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 209)
Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya/percobaan
pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air
untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka
dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
Pentingnya metode eksperimen dalam
pendidikan, karena dengan eksperimen akan membuat peserta didik mengetahui
sesuatu hal yang mereka belum ketahui.
3.10. Metode diskusi
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ‟id dan Ali ibn Hujr,
katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja‟far dari „Alâ‟ dari ayahnya dari Abu
Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang
yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan
harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang
yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia
datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini,
menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi
pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus
kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian
ia dicampakkan ke neraka.(Muslim,IV: 1997)
Rasulullah saw. memulai
pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah
saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi
bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal
kebaikan dengan kesalahan.
Pentingnya metode diskusi dalam
pendidikan, karena dengan diskusi peserta didik akan membicarakan dan menganalisis secara
ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative jawaban atas sesuatu masalah.
3.11. Metode pujian dan hukuman
Contoh hadits pujian :
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn
Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id
ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah
yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw
bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang
bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat
semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari
Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari
hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, I: 49)
Hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya
memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.
Contoh hadits hukuman :
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih,
hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah
al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata
Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat
bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.
melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia
menjadi imam salat bagi kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Memberikan
hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan
larangan tersebut disampaikan beliau tanpa kehadiran imam yang meludah ke arah
kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental
kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan
sosial.
Pentingnya metode pujian dan
hukuman dalam pendidikan, karena dengan pujian akan memberikan suasana
kegembiraan dalam pembelajaran, sedangkan pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang
disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Adapun hukuman dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut; dengan teguran, kemudian diasingkan dan
terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.
BAB III
PENUTUP
Metode adalah cara yang dipergunakan
pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, dengan metode
yang tepat dan sesuai bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta
didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih
banyak yang belum), dapat dilaksanakan pendidik dalam penanaman nilai-nilai
pada ranah afektif dan pengembangan pola pikir pada ranah kognitif serta
latihan berperilaku terpuji pada ranah psikomotorik.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Qur’anul
Karim dan Terjemahnya
Al Imam Al
Bukhari, Shahih Bukhari, diterjemahkan : Ma’mur Daud, Jakarta: Widjaya, edisi
khusus
Imam
Muslim, Shahih Muslim, Surabaya: Gitamedia Press, 2009
Kamus
Besar Bahasa Indonseia (edisi III), Versi 1.3, Freeware © 2010-2011
Atabik
Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1996
Syaikh
Manna al-Khattan, Pangantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2006
Bhiyati,
Nur. Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih
Responsibilitas, Gema Insani Press,1998
UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Abdurrahman An Nahlawi,
Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terjemah Herry Noer Ali, Bandung: CV.
Diponegoro, 1989
[1]
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[2]
Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung:CVPustaka Setia, 1997) 99
[3]
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[4] UU
SISDIKNAS No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
[5] Al
Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1994
[6] Atabik Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer
Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), hal. 1624.
[7] Syaikh Manna al-Khattan, Pangantar Studi
Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), hal. 354.
[8]
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[9]
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas, (Gema Insani
Press,1998), hal.65
[10]
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[11] Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip
dan Metoda Pendidikan Islam, Terjemahan Herry Noer Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989)
[12] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III)
versi 1.3 freeware 2010-2011
[13] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III)
versi 1.3 freeware 2010-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar