Senin, 11 Februari 2013

KECENDERUNGAN GLOBAL DAN REGIONAL DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN


KECENDERUNGAN GLOBAL DAN REGIONAL DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN
Global  menurut kamus bahasa Indonesia artinya adalah meliputi seluruh dunia. Tidak ada satu wilayah pun yang dapat menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global, dan dengan segala problem serta tantangan- tantangan yang menyertainya. Perubahan yang bersifat global yang begitu cepat menuntut kepekaan organisasi dalam merespon perubahan yang terjadi agar tetap exist dalam kancah persaingan global. Dunia pendidikan juga harus mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan global yang akan terjadi. Sebelum kita memasuki kecenderungan tersebut, mari kita simak beberapa pengertian dari pada teknologi informasi menurut beberapa ahli, antara lain :
Haag & Keen (1996)
Seperangkat alat yang membantu Anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi .
Martin (1999)
Tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memroses dan menyimpan informasi, namun juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Williams & Sawyer (2003) 
Teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer dengan jalur  komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan  video) Teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Teknologi Informasi adalah suatu Teknologi yang gunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi  data dalam  berbagi cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,  akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, pendidikan dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.





II. KECENDERUNGAN GLOBAL DAN REGIONAL DALAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Beberapa kecenderungan global yang perlu untuk diantisipasi oleh dunia pendidikan antara lain adalah:
Pertama
Proses investasi dan re-investasi yang terjadi di dunia industri berlangsung sangat cepat, menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat pula pada organisasi kerja, struktur pekerjaan, struktur jabatan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kedua
Perkembangan industri, komunikasi dan informasi yang semakin cepat akan melahirkan “knowledge worker” yang semakin besar jumlahnya. Knowledge worker ini adalah pekerjaan yang berkaitan erat dengan information processing.
Ketiga
Berkaitan dengan dua kecenderungan di atas, maka muncul kecenderungan bahwa pendidikan bergeser dari ide back to basic ke arah ide forward to future , yang mengandalkan pada peningkatan kemampuan TLC (how to think, how to learn and how to create). How to think menekankan pada pengembangan berfikir kritis, how to learn menekankan pada kemampuan untuk bisa secara terus menerus dan mandiri menguasai dan mengolah informasi, dan how to create menekankan pada pengembangan kemampuan untuk dapat memecahkan berbagai problem yang berbeda-beda.
Keempat
Berkembangnya school based management, seiring dengan itu, kreatifitas guru, maka akan bermunculan diberbagai bentuk praktek pendidikan yang berbeda satu dengan yang lain, yang kesemuanya menuju pendidikan yang produktif, efisien, relevan dan berkualitas.
Kelima
Semua bangsa akan menghadapi krisis demi krisis yang tidak hanya dapat dianalisis dengan metode sebab-akibat yang sederhana, tetapi memerlukan analisis system yang saling bergantungan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut di atas menuntut kuaIitas sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan berkualitas untuk menghadai perkembangan yang terjadi dewasa ini.

III. PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek "Flexible Learning". Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang "Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)" yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
•Bishop G(1989)
meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (fleksible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis , usia maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
•Mason R. (1994)
berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh "Jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan berkolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
•Tony Bates (1995)
menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
•Alisjahbana I. (1966)
mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat "Saat itu juga (Just on Time)". Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan interdisipIiner
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi,  pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua  arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja  "saat itu juga” dan kompetitif.
Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning),  yang memungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh dimasukan sebagai strategi utama penyelenggaraan pendidikan.
Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan, akan lebih mudah dan cepat dilakukan.  
Instrumen pendidikan (seperti: guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif (seperti: CD-ROM Multimedia dan internet), dalam pendidikan secara bertahap akan menggantikan penggunaan TV dan Audio - Video.
Pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatife pendidikan yang cukup digemari. Metode pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan surat menyurat atau dilengkapi dengan materi audio dan video.
Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa komputer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80 negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.

IV. TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Tantangan utama dunia pendidikan Indonesia dewasa ini dan di masa depan  adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam kaitan ini menarik untuk dikaji bagaimana kualitas pendidikan kita dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sebagaimana diharapkan, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang produktif, efisien, dan memiliki kepercayaan yang kuat sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam hidupan global ini.
Sejarah perkembangan ekonomi di banyak negara industri telah membuktikan pentingnya peran kualitas sumberdaya manusia dalam pembangunan. Berdasarkan data tersebut telah muncul strategi pembangunan yang dikenal dengan istilah human reseources based economic development, yang telah dipraktekkan dan mengantar negara-negara, seperti Taiwan, Korea Selatan, Singapore menjadi negara-negara industri baru.

V. PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan  mewujudkan masyarakat  global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang miliki secara alami dan kreatif, dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab.
Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu altematif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang  berwawasan global.
Pendidikan yang berwajah Indonesia. Dimulai dari  pembahasan tentang suatu penyataan hipotetis bahwa berbagai persoalan dimasyarakat seperti pengangguran, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sistem pendidikan yang tidak pas dengan budaya lndonesia. Untuk menemukan pendidikan yang berakar budaya bangsa perlu dilaksanakan penajaman penelitian pendidikan. Namun dalam  mencari pendidikan yang berakar pada budaya bangsa tidak berarti bahwa pendidikan harus bersifat eksklusif. Hal ini bertentangan dengan realitas globalisasi. Oleh karena itu, pencarian pendidikan yang berakar pada budaya bangsa harus pula memahami globalisasi yang dapat dikaji berdasarakan perspektif kurikuler dan perspektif reformasi (akan dibahas pada bab ini).
Tantangan yang mendasar adalah bagaimana dapat melakukan reformasi pendidikan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi level kelas. Sejalan dengan upaya menemukan pendidikan yang berwajah Indonesia yang bermutu, kemampuan guru, kemauan guru dan kesejahteraan guru mutlak harus ditingkatkan. Upaya ini, jelas, bukan-hal-yang mudah tetapi sekaligus menantang. Sebab, guru di masa depan akan menghadapi persoalan-persoalan yang berbeda dengan di masa sekarang. Sosok guru di masa depan harus mulai dipikirkan. Pada prinsipnya tugas guru adalah mengimplementasikan kurikulum dalam level kelas. Kurikulum bagaikan paru-paru pendidikan, kalau baik paru-parunya baik pulalah tubuhnya.
Dan juga prestasi siswa memang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mengajar guru semata. Kultur / budaya sekolah yang oleh berbagai penelitian dipastikan ikut memegang peran penting.
Pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan dua perspektif: Kurikuler dan perspektif Reformasi sebagai berikut :
a. Perspektif Kurikuler
Berdasarkan perspektif kurikuler, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitan dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri:
a) mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan,
b) mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat,
c) mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan keterampilan untut bekerjasama guna wujudkan kehidupan masyarakat dunia yang lebih balk.
Oleh karena itu pendidikan berwawasan global akan menekankan pembahasan materi yang mencakup :
1. Adanya saling ketergantungan diantara masyarakat dunia,
2. Adanya perubahan yang akan terus berlangsung dari waku ke waktu,
3. Adanya perbedaan kultur di antara masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh karena itu perlu adanya upaya untuk saling memahami budaya yang lain,
4. Adanya kenyataan bahwa kehidupan dunia ini memiliki berbagai keterbatasan antara lain dalam ujud ketersediaan barang-barang kebutuhan yang jarang, dan,
5. Untuk dapat memenuhi kebutuhan yang jarang tersebut tidak mustahil menimbulkan konflik-konflik.
Berdasarkan perspektif kurikuler ini, pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki implikasi ke arah perombakan kurikulum pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkan tidak lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integratif. Dalam arti mata kuliah lebih ditekankan pada kajian yang bersifat multidispliner, interdisipliner dan transdisipliner.
b. Perspektif Reformasi
Bendasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat sangat kompetitif dan dengan derajat saling ketergantungan antar bangsa yang amat tinggi. Pendidikan harus mengkaitkan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Oleh karena itu sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat kita harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat dunia.




VI. DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI PEMANFAATAN TIK
1. Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan:
a.    Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan.
b.   Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
c.    Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
d.   Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
2. Dampak Negatif Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan:
a.    Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
b.   Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
c.    Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
Menurut pendapat para pakar informasi, dampak negative dari berbagai fasilitas komunikasi, termasuk internet, sama sekali tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dampak negatif tersebut sangat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Berikut ini contoh kejahatan maupun tindakan amoral yang paling banyak ditemui sebagai dampak negatif TIK, diantaranya: Pornografi, Tayangan berupa kekejaman dan kesadisan, Penipuan, Carding, Perjudian dan Ketergantungan.
3. Dampak negatif TIK diatas dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

a. Menegakkan fungsi hukum yang berlaku, misalnya pembentukan chiber task yang bertugas untuk menentukan standar operasi pengendalian dalam penerapan teknologi informasi di instansi pemerintah. Hal ini meliputi keamanan teknologi, system rekap data, serta fungsi pusat penanganan bencana.
b. Menghindari penggunaan telepon seluler berfitur canggih oleh anak-anak dibawah umur dan lebih mengawasi pemakaian ponsel.
c. Televisi:
·      Mewaspadai muatan pornografi, kekerasan, dan tayangan mistis.
·      Memperhatikan batasan umur penonton pada film yang tengah ditayangkan.
·      Mengaktifkan penggunaan fasilitas Parental Lock pada TV kabel dan satelit.
·      Menghindari penempatan TV pribadi di dalam kamar.
4. Komputer dan internet:
·      Mewaspadai muatan pornografi digital (online maupun offline).
·      Mewaspadai kekerasan pada game.
·      Cek history browser pada computer anak untuk melihat apa saja yang sudah dilihatnya.
·      Menggunakan program filtering dan Parental Control.
·      Meletakkan computer pada tempat yang dapat diawasi, hindari penempatan computer di dalam kamar.
·      Jika terpaksa meletakkan computer dalam kamar anak, jangan melengkapinya dengan fasilitas internet.
5. Perbanyak buku yang bersifat edukatif di rumah.
4. kendala dalam penerapan aplikasi teknologi informasi itu sendiri. Diantaranya :
1.     Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia
2.    Kurang siapnya proses transformasi teknologi
3.    Belum memadainya infrastruktur telekomunikasi
4.    Belum memadainya perangkat hukum yang mengaturnya
5.    Memerlukan biaya yang cukup tinggi
6.    Belum meratanya jaringan di seluruh Indonesia

VII. KIAT-KIAT DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM
       PEMENFAATAN TIK UNTUK PENDIDIKAN BAGI GURU/PENGEJAR
-          Mengadakan dan mengikuti kegiatan pelatihan computer ditempat a bekerja atau organsisasi yang mewadahi mereka, seperti : KKG (Kelompok Kerja Guru), dan lain-lain.
-          Mengadakan kegiatan in house training, artinya melakukan kegiatan evaluasi setelah kegiatan pelatihan telah selesai dilakukan.
-          Tersedianya fasilitas di sekolah dan masuk dalam sebuah system sekolah.
-          Berawal dari pribadi guru sendiri ada atau tidaknya keinginan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan diri (peningkatan SDM).

VIII. PENUTUP
Perkembangam teknologi informasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer; sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat; hal ini bisa terlihat dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi informasi di berbagai bidang; juga jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kerangka teknologi informasi nasional yang akan mewujudkan masyarakat Indonesia yang siap dan dapat menyediakan akses universal terhadap informasi kepada masyarakat luas secara adil dan merata, meningkatkan koordinasi dan pendayagunaan informasi secara optimal, meningkatkan efisiensi produktivitas, meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, meningkatkan pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi, termasuk penerapan peraturan perundang-undangan yang mendukungnya. Mendorong pertumbuhan duania pendidikan dengan pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi.










DAFTAR PUSTAKA
Hani Handoko. (2003), Keunggulan Kompetitif Melalui Manjemen Sumber Daya Manusia dalam paradigm baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Amara Books
Muhadjir, Noeng (2010), Kebijakan dan Perencanaan Sosial, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Rake Sarasin
Rokhman, Wahibur, (2003), “Pemberdayaan dan Komitmen: Upaya mencapai kesuksesan Organisasi dalam menghadapi Persaingan Global” dalam Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Amara Books.
Fairus N. H. (2007). Terampil menggunakan TIK untuk SMP kelas VII. Bekasi: Ganeca-exact.
Jogiyanto, H. (1999). Pengenalan Komputer. Yogyakarta: penerbit Andi
http://www.Geocities.com/pakguruonline/pradigma_pdd_ms_depn,
http://www.Geocities.com/pakguruonline/wacana

Minggu, 27 Januari 2013

METHODOLOGI PENDIDIKAN DALAM AL QUR’AN DAN HADITS


METHODOLOGI PENDIDIKAN
DALAM AL QUR’AN DAN HADITS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

 Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, salah satunya adalah metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan yang Islami, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.      

Metode pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Tanpa adanya metode, maka proses pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat bahkan tidak berhasil sama sekali. Oleh karena itu penting bagi pendidik atau guru untuk menguasai banyak metode dalam melaksanakan kegiatan mendidik. Sebenarnya banyak literatur-literatur yang membahas tentang metode pendidikan yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan tugas mendidik. Namun sebagai pendidik, menjadi penting juga untuk mengkaji, menemukan, dan menggunakan metode-metode yang bersumber dari ajaran agama yakni Al Qur’an dam Hadits.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits ?
2. Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Al Qur’an ?
3. Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Hadits ?






BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits
Metodologi adalah ilmu tentang metode-metode, atau uraian tentang metode-metode[1], sedangkan metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” yang artinya melalui, dan “Hodos” yang artinya jalan atau cara[2]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki[3].
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara[4].
Maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits adalah ilmu yang membahas tentang cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan contoh-contoh dan tuntunan dalam Al Qur’an dan Hadits.
2. Metodologi pendidikan dalam Al Qur’an
Al Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam, yang wajib dipahami oleh setiap muslim, menampilkan metode dan cara yang sangat menarik ehingga memudahkan bagi mereka yang tertarik untuk mempelajarinya. Adapun beberapa metode yang dapat dijadikan contoh dari Al Qur’an antara lain :
2.1. Metode Kisah (cerita)
Isi Al Qur’an banyak memuat kisah-kisah tentang orang-orang terdahulu. Rasulullah dapat mengetahui kisah-kisah nabi dan umat sebelumnya melalui cerita yang diinformasikan oleh Al Qur’an.
99.  Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (Al Quran) (Q.S.Thahaa:99)
Contoh-contoh kisah atau cerita dalam Al Qur’an :
- Kisah Nabi Yusuf :   Q.S. Yusuf: 6-7 = mimpi Yusuf sebagai nabi,
                                   Q.S. Yusuf: 8-10 = saudara-saudaranya,
                                   Q.S. Yusuf: 21-23 = Yusuf di Mesir,
                                   Q.S. Yusuf: 34-35 = Yusuf dipenjara,
                                   Q.S. Yusuf: 54-57 = Yusuf dipercaya Raja,
                                   Q.S. Yusuf: 58-93 = Yusuf bertemu saudaranya,
                                   Q.S. Yusuf: 94-101 = Yusuf bertemu oragtuanya.
- Kisah Nabi Musa :      Q.S. Al Qashas: 7-13 = Musa dilahirkan,
                                      Q.S. Al Qashas: 14-19 = masa dewasa,
                                      Q.S. Al Qashas: 20-22 = meninggalkan Mesir,
                                      Q.S. Al Qashas: 23-28 = pertemuan dengan 2 anak perempuan,
                                      Q.S. Al Qashas: 29-32 = mendapat wahyu,
                                      Q.S. Al Qashas: 33-37 = Harun sebagai pembantunya,
                                      Q.S. Al Qashas: 38-42 = keganasan fir’aun,
                                      Q.S. Al Qashas: 43 = mendapat kitab Taurat
- Kisah Ashabul Kahfi :    Q.S. Al Kahfi: 10-11 = kisah Ashabul Kahfi,
                                          Q.S. Al Kahfi: 14-16 = mengapa mereka masuk gua,
                                          Q.S. Al Kahfi: 17-18 = keadaan di dalam gua,
                                          Q.S. Al Kahfi: 19-20 = bangun dari tidur,
                                          Q.S. Al Kahfi: 21 = sikap penduduk kota,
                                          Q.S. Al Kahfi: 22 = perselisihan tentang jumlah mereka.
                                          Q.S. Al Kahfi: 25 = lamanya mereka tertidur[5].
Masih banyak lagi kisah-kisah dalam Al Qur’an. Kisah atau cerita dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Kisah selau memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
2. Kisah Qur`ani dan dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh, sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau mersakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
2.2. Metode Amtsal (perumpamaan)
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal dan mitsil “matsal” mengandung arti cerita-cerita perumpamaan (untuk pendidikan budi pekerti)[6]. Sedangkan menurut Istilah adalah penyerupaan suatu keadaaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupakan sesuatu dengan aslinya[7]. Dalam kamus bahasa Indonesia amsal adalah umpama atau perumpamaan[8].
Contoh-contoh perumpamaan dalam Al Qur’an :
17.  Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[*], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. (Q.S.Al Baqarah:17)
[*]  orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.
41.  Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.(Q.S.Al Ankabut:41)
[*] rumah laba-laba adalah rumah yang paling mudah rusak bila diterpa angin, hujan dan lain-lain.
Perumpamaan dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Mempermudah siswa memahami konsep abstrak, karena perumpaan menggunakan benda yang kongkret.
2. Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
3. Perumpamaan memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat baik dan menjauhi kejahatan.
2.3. Metode Ibrah – Mauizhah (nasehat)
Ibrah adalah mengambil iktibar/contoh dan pelajaran dari pengalaman yang telah lalu, yaitu pengetahuan yang dihasilkan dari melihat apa yang disaksikan terhadap apa yang belum disaksikan[9], sedangkan Mauizhah artinya nasehat atau pelajaran[10].
Contoh-contoh nasehat dalam Al Qur’an :
44.  Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Q.S. An Nuur: 44)
111.  Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111)
Esensi `ibrah dalam kisah ini ialah bahwa Allah berkuasa menyelamatkan Yusuf setelah dilemparkan kedalam sumur yang gelap, meninggikan kedudukanya setelah dijeblosannya ke dalam penjara dengan cara menjadikannya raja mesir setelah dijual sebagai hamba (budak). Kisah ini menjelaskan kekuasaan Tuhan.
Nasehat dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1.  Mengandung pelajaran yang penting dalam pendidikan.
2. Nasehat dilakukan berulang-ulang, agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu.
2.4. Metode Targhib dan Tarhib (penghargaan dan hukuman)
Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan, bujukan yang dimaksud adalah kesenangan duniawi dan ukhrawi akibat melakukan suatu perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Adapun Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa dan kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau tidak melaksanakan perintah-Nya[11].
Contoh Targhib dalam Al Qur’an :
35.  Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Q.S. Ar Ra’d: 35)
Contoh Tarhib dalam Al Qur’an :
32.  Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al Isra’: 32)
Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1.  Mengandung isyarat kepada peningkatan keimanan kepada Allah dan hari akhir.
2. Menggugah serta mendidik perasaan Ketuhahan (rasa takut, tunduk,cinta, harap).
2.5. Metode Hiwar (dialog)
Hiwar artinya dialog atau percakapan[12], yang dimaksud adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan.
Contoh Hiwar dalam Al Qur’an :
183.  Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. Al Baqarah: 183)
13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujurat: 13)
172.  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keEsaan Tuhan)".(QS. Al-A’raf : 172)
Hiwar Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Menyentuh dan membangkitkan perasaan , yang pada gilirannya akan membantu tumbuhnya sikap dan pribadi yang kokoh yang mengacu pada pencapaian tujuan ahir pendidikan.
2). Menimbulkan dan meninggalkan kesan yang lebih kuat dalam benak ke dua belah pihak yang terlibat dalam hiwar.
2.6. Metode Uswatun Hasanah (keteladanan)
Keteladanan dalam arti bahasa adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh[13]. Peneladanan ada dua macam yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladanan sengaja ialah keteladanan yang disertai penjelasan, seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengajarkan sholat yang benar dan sebagainya. Keteladanan tidak sengaja ialah keteladanan yang tidak disertai penjelasan, seperti keteladanan dalam keilmuaan, kepemimpinan, sifat keikhlasan dan lain-lain.
Contoh-contoh Teladan dalam Al Qur’an :
4.  Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[*]: "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS. Al Mumtahanah: 4)
[*]  nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah : Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
6.  Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.  (QS. Al Mumtahanah: 6)
Konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah mengutus para rasul terutama Nabi Muhammad SAW. untuk menjadi panutan bagi umat Islam sepanjang sejarah dan rahmat bagi sekalian alam. Allah SWT berfirman :
21.  Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)
UswatunHasanah Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Secara psikologis manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah sifat bawaan. Meniru adalah sifat pembawaan manusia.
2). Menyaksikan sendiri suatu sikap atau prilaku dalam pendidikan lebih dapat diterima dari pada melalui susunan kata-kata, dengan kata lain bahasa sikap lebih dapat diterima dari pada bahasa lisan.

3. Metodologi pendidikan dalam Hadits
 Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya. Adapun beberapa contoh yang dapat dijadikan metode dari hadits-hadits Nabi SAW. antara lain :
3.1. Metode keteladanan
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari „Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi‟ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya.(Al-Bukhari : 296)
Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan.
 Pentingnya metode keteladanan dalam pendidikan, karena dengan keteladanan diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

3.2. Metode lemah lembut / kasih sayang
Artinya: Hadis dari Abu Ja‟far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari „Atha‟ ibn Yasâr dari Mu‟awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama Rasulullah saw., seorang dari jama‟ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca Alquran. (Muslim I: 492).
Hadis ini menunjukkan keagungan perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
3.3. Metode perumpamaan
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi‟ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Pentingnya metode perumpamaan dalam pendidikan, karena dengan perumpamaan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
3.4. Metode kiasan
Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis „Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu. (Muslim I : 280)
Rasulullah saw. menggunakan kiasan/sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang dianggap aib.
Pentingnya metode kiasan dalam pendidikan, karena dengan kiasan dapat menyampaikan nasehat secara tidak langsung.
3.5. Metode memberi kemudahan
Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ‟id katanya hadis Syu‟bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit.(al-Bukhari, I: 38)
Hadis tersebut menjelaskan pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang masih dalam belajar, dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan si pelajar.
Pentingnya metode memberi kemudahan dalam pendidikan, karena dengan memberi kemudahan diharapkan para pelajar memiliki motivasui yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
3.6. Metode perbandingan
حَدَّثَنَا قَيْسٌ قَالَ سَمِعْتُ مُسْتَوْرِدًا أَخَا بَنِيْ فِهْرٍ يَقًوْلَنَا قَالَ رَسُولَ الله صلعم وَالله مَا الدُّنْيَا فِي الاَخِرَةِ اِلَّاَ مِثْلُ مَايَجْعَلُ أَحَدُكُمْ اِصْبَعَهُ هَذِهِ وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ.
Artinya: Hadis Qâis katanya aku mendengar Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya. (Muslim, IV: 3193)
Dunia itu singkat dan kenikmatannya yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan antara air yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan.
Pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan, karena dengan perbandingan diharapkan para pelajar dapat memahami hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya.

3.7. Metode tanya jawab
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa‟id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Bukhari : 300)
Metode tanya jawab mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
Pentingnya metode tanya jawab dalam pendidikan, karena dengan tanya jawab akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Metode tanya jawab merupakan tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik.
3.8. Metode demonstrasi (peragaan)
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Pentingnya metode demonstrasi dalam pendidikan, karena dengan demonstrasi bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
3.9. Metode eksperimen (percobaan)
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu‟bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 209)
Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya/percobaan pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
Pentingnya metode eksperimen dalam pendidikan, karena dengan eksperimen akan membuat peserta didik mengetahui sesuatu hal yang mereka belum ketahui.

 3.10. Metode diskusi
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ‟id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja‟far dari „Alâ‟ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim,IV: 1997)
Rasulullah saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan.
Pentingnya metode diskusi dalam pendidikan, karena dengan diskusi peserta didik akan membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative jawaban atas sesuatu masalah.
3.11. Metode pujian dan hukuman
Contoh hadits pujian :
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, I: 49)
Hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.
Contoh hadits hukuman :
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tanpa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.
Pentingnya metode pujian dan hukuman dalam pendidikan, karena dengan pujian akan memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran, sedangkan pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Adapun hukuman dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut; dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.

BAB III
PENUTUP

            Metode adalah cara yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, dengan metode yang tepat dan sesuai bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih banyak yang belum), dapat dilaksanakan pendidik dalam penanaman nilai-nilai pada ranah afektif dan pengembangan pola pikir pada ranah kognitif serta latihan berperilaku terpuji pada ranah psikomotorik.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim dan Terjemahnya
Al Imam Al Bukhari, Shahih Bukhari, diterjemahkan : Ma’mur Daud, Jakarta: Widjaya, edisi khusus
Imam Muslim, Shahih Muslim, Surabaya: Gitamedia Press, 2009
Kamus Besar Bahasa Indonseia (edisi III), Versi 1.3, Freeware © 2010-2011
Atabik Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996
Syaikh Manna al-Khattan, Pangantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006
Bhiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas, Gema Insani Press,1998
UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terjemah Herry Noer Ali, Bandung: CV. Diponegoro, 1989


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[2] Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung:CVPustaka Setia, 1997) 99
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[4] UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
[5] Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1994
[6] Atabik Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), hal. 1624.
[7] Syaikh Manna al-Khattan, Pangantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), hal. 354.
[8] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[9] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas, (Gema Insani Press,1998), hal.65
[10] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[11]  Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Terjemahan Herry Noer Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989)
[12]  Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[13]  Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011