Minggu, 27 Januari 2013

METHODOLOGI PENDIDIKAN DALAM AL QUR’AN DAN HADITS


METHODOLOGI PENDIDIKAN
DALAM AL QUR’AN DAN HADITS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

 Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, salah satunya adalah metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan yang Islami, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.      

Metode pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Tanpa adanya metode, maka proses pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat bahkan tidak berhasil sama sekali. Oleh karena itu penting bagi pendidik atau guru untuk menguasai banyak metode dalam melaksanakan kegiatan mendidik. Sebenarnya banyak literatur-literatur yang membahas tentang metode pendidikan yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan tugas mendidik. Namun sebagai pendidik, menjadi penting juga untuk mengkaji, menemukan, dan menggunakan metode-metode yang bersumber dari ajaran agama yakni Al Qur’an dam Hadits.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits ?
2. Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Al Qur’an ?
3. Bagaimanakah metodologi pendidikan dalam Hadits ?






BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits
Metodologi adalah ilmu tentang metode-metode, atau uraian tentang metode-metode[1], sedangkan metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” yang artinya melalui, dan “Hodos” yang artinya jalan atau cara[2]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki[3].
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara[4].
Maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metodologi pendidikan dalam Al Qur’an dan Hadits adalah ilmu yang membahas tentang cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan contoh-contoh dan tuntunan dalam Al Qur’an dan Hadits.
2. Metodologi pendidikan dalam Al Qur’an
Al Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam, yang wajib dipahami oleh setiap muslim, menampilkan metode dan cara yang sangat menarik ehingga memudahkan bagi mereka yang tertarik untuk mempelajarinya. Adapun beberapa metode yang dapat dijadikan contoh dari Al Qur’an antara lain :
2.1. Metode Kisah (cerita)
Isi Al Qur’an banyak memuat kisah-kisah tentang orang-orang terdahulu. Rasulullah dapat mengetahui kisah-kisah nabi dan umat sebelumnya melalui cerita yang diinformasikan oleh Al Qur’an.
99.  Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (Al Quran) (Q.S.Thahaa:99)
Contoh-contoh kisah atau cerita dalam Al Qur’an :
- Kisah Nabi Yusuf :   Q.S. Yusuf: 6-7 = mimpi Yusuf sebagai nabi,
                                   Q.S. Yusuf: 8-10 = saudara-saudaranya,
                                   Q.S. Yusuf: 21-23 = Yusuf di Mesir,
                                   Q.S. Yusuf: 34-35 = Yusuf dipenjara,
                                   Q.S. Yusuf: 54-57 = Yusuf dipercaya Raja,
                                   Q.S. Yusuf: 58-93 = Yusuf bertemu saudaranya,
                                   Q.S. Yusuf: 94-101 = Yusuf bertemu oragtuanya.
- Kisah Nabi Musa :      Q.S. Al Qashas: 7-13 = Musa dilahirkan,
                                      Q.S. Al Qashas: 14-19 = masa dewasa,
                                      Q.S. Al Qashas: 20-22 = meninggalkan Mesir,
                                      Q.S. Al Qashas: 23-28 = pertemuan dengan 2 anak perempuan,
                                      Q.S. Al Qashas: 29-32 = mendapat wahyu,
                                      Q.S. Al Qashas: 33-37 = Harun sebagai pembantunya,
                                      Q.S. Al Qashas: 38-42 = keganasan fir’aun,
                                      Q.S. Al Qashas: 43 = mendapat kitab Taurat
- Kisah Ashabul Kahfi :    Q.S. Al Kahfi: 10-11 = kisah Ashabul Kahfi,
                                          Q.S. Al Kahfi: 14-16 = mengapa mereka masuk gua,
                                          Q.S. Al Kahfi: 17-18 = keadaan di dalam gua,
                                          Q.S. Al Kahfi: 19-20 = bangun dari tidur,
                                          Q.S. Al Kahfi: 21 = sikap penduduk kota,
                                          Q.S. Al Kahfi: 22 = perselisihan tentang jumlah mereka.
                                          Q.S. Al Kahfi: 25 = lamanya mereka tertidur[5].
Masih banyak lagi kisah-kisah dalam Al Qur’an. Kisah atau cerita dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Kisah selau memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
2. Kisah Qur`ani dan dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh, sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau mersakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
2.2. Metode Amtsal (perumpamaan)
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal dan mitsil “matsal” mengandung arti cerita-cerita perumpamaan (untuk pendidikan budi pekerti)[6]. Sedangkan menurut Istilah adalah penyerupaan suatu keadaaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupakan sesuatu dengan aslinya[7]. Dalam kamus bahasa Indonesia amsal adalah umpama atau perumpamaan[8].
Contoh-contoh perumpamaan dalam Al Qur’an :
17.  Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[*], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. (Q.S.Al Baqarah:17)
[*]  orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.
41.  Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.(Q.S.Al Ankabut:41)
[*] rumah laba-laba adalah rumah yang paling mudah rusak bila diterpa angin, hujan dan lain-lain.
Perumpamaan dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1. Mempermudah siswa memahami konsep abstrak, karena perumpaan menggunakan benda yang kongkret.
2. Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
3. Perumpamaan memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat baik dan menjauhi kejahatan.
2.3. Metode Ibrah – Mauizhah (nasehat)
Ibrah adalah mengambil iktibar/contoh dan pelajaran dari pengalaman yang telah lalu, yaitu pengetahuan yang dihasilkan dari melihat apa yang disaksikan terhadap apa yang belum disaksikan[9], sedangkan Mauizhah artinya nasehat atau pelajaran[10].
Contoh-contoh nasehat dalam Al Qur’an :
44.  Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Q.S. An Nuur: 44)
111.  Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111)
Esensi `ibrah dalam kisah ini ialah bahwa Allah berkuasa menyelamatkan Yusuf setelah dilemparkan kedalam sumur yang gelap, meninggikan kedudukanya setelah dijeblosannya ke dalam penjara dengan cara menjadikannya raja mesir setelah dijual sebagai hamba (budak). Kisah ini menjelaskan kekuasaan Tuhan.
Nasehat dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1.  Mengandung pelajaran yang penting dalam pendidikan.
2. Nasehat dilakukan berulang-ulang, agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu.
2.4. Metode Targhib dan Tarhib (penghargaan dan hukuman)
Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan, bujukan yang dimaksud adalah kesenangan duniawi dan ukhrawi akibat melakukan suatu perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Adapun Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa dan kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau tidak melaksanakan perintah-Nya[11].
Contoh Targhib dalam Al Qur’an :
35.  Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Q.S. Ar Ra’d: 35)
Contoh Tarhib dalam Al Qur’an :
32.  Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al Isra’: 32)
Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1.  Mengandung isyarat kepada peningkatan keimanan kepada Allah dan hari akhir.
2. Menggugah serta mendidik perasaan Ketuhahan (rasa takut, tunduk,cinta, harap).
2.5. Metode Hiwar (dialog)
Hiwar artinya dialog atau percakapan[12], yang dimaksud adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan.
Contoh Hiwar dalam Al Qur’an :
183.  Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. Al Baqarah: 183)
13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujurat: 13)
172.  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keEsaan Tuhan)".(QS. Al-A’raf : 172)
Hiwar Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Menyentuh dan membangkitkan perasaan , yang pada gilirannya akan membantu tumbuhnya sikap dan pribadi yang kokoh yang mengacu pada pencapaian tujuan ahir pendidikan.
2). Menimbulkan dan meninggalkan kesan yang lebih kuat dalam benak ke dua belah pihak yang terlibat dalam hiwar.
2.6. Metode Uswatun Hasanah (keteladanan)
Keteladanan dalam arti bahasa adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh[13]. Peneladanan ada dua macam yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladanan sengaja ialah keteladanan yang disertai penjelasan, seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengajarkan sholat yang benar dan sebagainya. Keteladanan tidak sengaja ialah keteladanan yang tidak disertai penjelasan, seperti keteladanan dalam keilmuaan, kepemimpinan, sifat keikhlasan dan lain-lain.
Contoh-contoh Teladan dalam Al Qur’an :
4.  Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[*]: "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS. Al Mumtahanah: 4)
[*]  nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah : Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
6.  Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.  (QS. Al Mumtahanah: 6)
Konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah mengutus para rasul terutama Nabi Muhammad SAW. untuk menjadi panutan bagi umat Islam sepanjang sejarah dan rahmat bagi sekalian alam. Allah SWT berfirman :
21.  Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)
UswatunHasanah Targhib dan Tarhib dapat dijadikan salah satu metode dalam pendidikan dengan alasan :
1). Secara psikologis manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah sifat bawaan. Meniru adalah sifat pembawaan manusia.
2). Menyaksikan sendiri suatu sikap atau prilaku dalam pendidikan lebih dapat diterima dari pada melalui susunan kata-kata, dengan kata lain bahasa sikap lebih dapat diterima dari pada bahasa lisan.

3. Metodologi pendidikan dalam Hadits
 Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya. Adapun beberapa contoh yang dapat dijadikan metode dari hadits-hadits Nabi SAW. antara lain :
3.1. Metode keteladanan
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari „Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi‟ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya.(Al-Bukhari : 296)
Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan.
 Pentingnya metode keteladanan dalam pendidikan, karena dengan keteladanan diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

3.2. Metode lemah lembut / kasih sayang
Artinya: Hadis dari Abu Ja‟far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari „Atha‟ ibn Yasâr dari Mu‟awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama Rasulullah saw., seorang dari jama‟ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca Alquran. (Muslim I: 492).
Hadis ini menunjukkan keagungan perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
3.3. Metode perumpamaan
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi‟ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Pentingnya metode perumpamaan dalam pendidikan, karena dengan perumpamaan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
3.4. Metode kiasan
Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis „Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu. (Muslim I : 280)
Rasulullah saw. menggunakan kiasan/sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang dianggap aib.
Pentingnya metode kiasan dalam pendidikan, karena dengan kiasan dapat menyampaikan nasehat secara tidak langsung.
3.5. Metode memberi kemudahan
Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ‟id katanya hadis Syu‟bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit.(al-Bukhari, I: 38)
Hadis tersebut menjelaskan pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang masih dalam belajar, dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan si pelajar.
Pentingnya metode memberi kemudahan dalam pendidikan, karena dengan memberi kemudahan diharapkan para pelajar memiliki motivasui yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
3.6. Metode perbandingan
حَدَّثَنَا قَيْسٌ قَالَ سَمِعْتُ مُسْتَوْرِدًا أَخَا بَنِيْ فِهْرٍ يَقًوْلَنَا قَالَ رَسُولَ الله صلعم وَالله مَا الدُّنْيَا فِي الاَخِرَةِ اِلَّاَ مِثْلُ مَايَجْعَلُ أَحَدُكُمْ اِصْبَعَهُ هَذِهِ وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ.
Artinya: Hadis Qâis katanya aku mendengar Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya. (Muslim, IV: 3193)
Dunia itu singkat dan kenikmatannya yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan antara air yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan.
Pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan, karena dengan perbandingan diharapkan para pelajar dapat memahami hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya.

3.7. Metode tanya jawab
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa‟id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Bukhari : 300)
Metode tanya jawab mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
Pentingnya metode tanya jawab dalam pendidikan, karena dengan tanya jawab akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Metode tanya jawab merupakan tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik.
3.8. Metode demonstrasi (peragaan)
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Pentingnya metode demonstrasi dalam pendidikan, karena dengan demonstrasi bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
3.9. Metode eksperimen (percobaan)
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu‟bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 209)
Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya/percobaan pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
Pentingnya metode eksperimen dalam pendidikan, karena dengan eksperimen akan membuat peserta didik mengetahui sesuatu hal yang mereka belum ketahui.

 3.10. Metode diskusi
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ‟id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja‟far dari „Alâ‟ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim,IV: 1997)
Rasulullah saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan.
Pentingnya metode diskusi dalam pendidikan, karena dengan diskusi peserta didik akan membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative jawaban atas sesuatu masalah.
3.11. Metode pujian dan hukuman
Contoh hadits pujian :
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, I: 49)
Hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.
Contoh hadits hukuman :
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tanpa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.
Pentingnya metode pujian dan hukuman dalam pendidikan, karena dengan pujian akan memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran, sedangkan pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Adapun hukuman dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut; dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.

BAB III
PENUTUP

            Metode adalah cara yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, dengan metode yang tepat dan sesuai bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih banyak yang belum), dapat dilaksanakan pendidik dalam penanaman nilai-nilai pada ranah afektif dan pengembangan pola pikir pada ranah kognitif serta latihan berperilaku terpuji pada ranah psikomotorik.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim dan Terjemahnya
Al Imam Al Bukhari, Shahih Bukhari, diterjemahkan : Ma’mur Daud, Jakarta: Widjaya, edisi khusus
Imam Muslim, Shahih Muslim, Surabaya: Gitamedia Press, 2009
Kamus Besar Bahasa Indonseia (edisi III), Versi 1.3, Freeware © 2010-2011
Atabik Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996
Syaikh Manna al-Khattan, Pangantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006
Bhiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas, Gema Insani Press,1998
UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terjemah Herry Noer Ali, Bandung: CV. Diponegoro, 1989


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[2] Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung:CVPustaka Setia, 1997) 99
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[4] UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
[5] Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1994
[6] Atabik Ali, Ahmad Zaki Muhdhar , Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), hal. 1624.
[7] Syaikh Manna al-Khattan, Pangantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), hal. 354.
[8] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[9] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas, (Gema Insani Press,1998), hal.65
[10] Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[11]  Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Terjemahan Herry Noer Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989)
[12]  Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011
[13]  Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III) versi 1.3 freeware 2010-2011